Setiap keluarga pasti tidak ingin jalinan rumah tangga yang dengan susah
payah dibangun berakhir dengan perceraian. Banyak faktor yang dijadikan
alasan dari sebuah perceraian. Karenanya, meminimalisir faktor
penyebabnya meruipakan salah satu hal yang harus dilakukan oleh setiap
pasangan suami istri.
Apapun alasannya, perceraian akan selalu
menyisakan kesedihan. Dampak perceraian tidak hanya dialami oleh
suami-istri. Justru yang lebih parah adalah dampaknya terhadap psikologi
anak-anak. Karena itu sebaiknya perceraian sebisa mungkin dihindari.
Ada
beberapa tips yang dapat kita pertimbangkan, saat rumah tangga kita
berada diambang perceraian. Berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Cari Sumbernya. Ada asap pasti ada api. Demikian juga halnya
dengan kehidupan rumah tangga. Keputusan untuk bercerai tentunya bukan
tanpa sebab. Karena itu, carilah sumber dari hal ini. Jika sumber
permasalahannya sudah dapat ditemukan, cobalah untuk menyelesaikan
dengan baik-baik. Sebab setiap masalah tentu mempunyai jalan keluar.
Apapun masalah yang menjadi sumber dari keputusan cerai yang akan
diambil, sebaiknya pertimbangkan dengan matang. Sebab, jika kita sudah
menemukan sumber permasalahannya, maka keputusan yang tepat akan dapat
diambil, apakah akan meneruskan keputusan untuk bercerai, atau tidak.
2. Introspeksi. Bila Anda sudah mengetahui penyebab kenapa Anda atau
suami ingin bercerai, cobalah untuk berintropeksi. Ini yang seringkali
sulit dilakukan. Pasalnya, masing-masing pasangan pasti merasa
dirinyalah yang benar. Mereka tak bakal bisa menerima kenyataan bahwa
merekalah pangkal sebab munculnya niat cerai. Mungkin, Anda malu
mengakui secara jujur kekurangan Anda, tapi cobalah menjawab dengan
jujur pada diri sendiri bahwa yang dikatakan pasangan Anda ada benarnya.
Mumpung masih ada waktu, kenapa tak Anda coba perbaiki dari sekarang?
Tentu, suami pun harus melakukan hal serupa. Bisa jadi, ialah yang
membuat perkawinan menjadi goyah dan tak harmonis lagi.
3. Jangan
membesarkan masalah. Jika Anda dan suami sudah tahu sumber keributan dan
konflik dalam rumahtangga, sebaiknya jangan memperbesar masalah. Juga,
jangan mencari masalah baru. Pasalnya, ini justru akan memperkeruh
suasana. Bila Anda menyadari kekurangan yang ada, tak ada salahnya
meminta maaf. Tidak perlu malu dan berusaha menjadi istri yang baik
seperti yang diharapkan suami. Cobalah untuk mencari solusi
sebaik-baiknya.
4. Pisah sementara. Meski sepertinya sangat tak
enak, cara ini bisa menjadi jalan terbaik untuk menghindari perceraian.
Pisah untuk sementara waktu akan membantu suami-istri untuk
menenteramkan diri sekaligus menilai, keputusan apa yang sebaiknya
ditempuh. Kenapa harus pisah rumah? Pasalnya, dua hati yang sama-sama
sedang panas, sebaiknya tak bertemu setiap hari. Jika setiap hari
bertemu, yang terjadi bukan membaik, malah justru bakal semakin panas.
Bisa-bisa ribut terus dan tidak ada titik temu. Yang dibahas setiap hari
pasti akan balik ke masalah yang itu-itu saja. Anda bisa misalnya
“mengungsi” dulu ke rumah orang tua, sementara suami pindah dulu
sementara ke rumah orang tuanya. Pisah rumah akan membantu mendinginkan
hati yang sedang memanas, sehingga Anda dan suami dapat berpikir jernih.
5. Komunikasi. Apapun,komunikasi merupakan fondasi sebuah hubungan,
termasuk hubungan dalam perkawinan. Tanpa komunikasi, hubungan tak bakal
bisa bertahan. Jadi, seberat apapun situasi yang tengah Anda hadapi,
sebaiknya tetap lakukan komunikasi dengan pasangan. Bahkan setelah Anda
dan suami sama-sama hidup terpisah, cobalah untuk tetap berkomunikasi.
Coba diskusikan bersama, langkah terbaik apa yang bisa Anda berdua
lakukan untuk menghindari perceraian, untuk mempertahankan mahligai
rumahtangga. Tak mudah memang, tapi jika Anda berdua sudah berpisah
untuk sementara waktu, situasi panas barangkali sudah lewat, sehingga
Anda berdua sudah siap untuk berkomunikasi. Jangan merasa malu atau
gengsi untuk saling menghubungi.
6. Libatkan keluarga. Jika
kenyataannya, pasangan sudah tidak dapat diajak berkomunikasi atau
selalu berusaha menghindar, cobalah libatkan anggota keluarga yang
memang dekat dengannya. Orang tua, kakak atau pamannya misalnya.
Pokoknya, siapa saja yang Anda rasa bisa Anda ajak berbicara. Tentu,
Anda jangan pernah menutupi akar permasalahan yang ada kepada mereka,
tetapi berterus teranglah. Katakan juga, apa sebetulnya kekurangan Anda
maupun kekurangan suami. Siapa tahu, mediator ini dapat melunakkan hati
Anda dan pasangan, sekaligus mencarikan solusi untuk kembali bersatu.
7. Cari teman curhat. Menghadapi perceraian tentu akan membuat
pikiran runyam, pekerjaan terbengkalai dan bingung harus berbuat apa.
Nah, kondisi tidak nyaman ini bisa Anda atasi bila Anda bisa berbagi
dengan orang terdekat, sahabat misalnya. Dengan berbagi, beban pikiran
Anda akan terasa lebih ringan. Yang harus dicermati, jangan mencari
teman curhat yang lawan jenis. Carilah teman curhat sesama jenis.
Pasalnya, bila Anda bercerita, mengungkapkan uneg-uneg Anda pada teman
pria, belum tentu sepenuhnya ia akan mendukung Anda untuk kembali
bersatu dengan suami. Bisa jadi ia malah menggoda Anda, dan jika Anda
akhirnya benar-benar tergoda, yang muncul akhirnya malah masalah baru.
8. Ingat anak. Anak biasanya menjadi senjata terampuh untuk meredam
konflik antara suami-istri. Jadi, bila ternyata antara Anda dan suami
sama¬sama menginginkan perceraian, cobalah ingat anak-anak Anda, buah
cinta kasih Anda dan suami. Ingatlah bahwa mereka masih sangat
membutuhkan Anda dan suami. Apakah mereka harus menjadi korban
perceraian karena keegoisan orang tuanya? Lantas, setelah Anda bercerai,
kemana dan kepada siapa mereka harus ikut, Anda atau suami? Jika Anda
menyayangi mereka, pikirkan kembali keputusan tersebut.
9.
Kesampingkan ego pribadi. Jika Anda memang masih menginginkan keutuhan
rumahtangga, segera buang jauh-jauh ego yang ada dalam diri Anda. Jangan
merasa diri selalu benar dan sealu menyudutkan pasangan, begitu pula
sebaiknya. Sadarilah bahwa apa yang terajadi sekarang adalah kesalahan
Anda dan suami. Kalaupun selama ini ada sakit hati yang terselip,
cobalah untuk saling memberi maaf.
10. Jujur pada diri sendiri.
Jujurlah pada diri sendiri, apakah Anda sudah siap mental untuk berpisah
selamanya dengan suami? Perceraian tidaklah semudah yang dibayangkan.
Berpisah lalu hidup tenang. Tidak selamanya perceraian membuat kehidupan
menjadi bahagia. Bisa jadi justru sebaliknya, lebih hancur. Banyak
masalah-masalah di kemudian hari yang berbuntut panjang. Mulai anak,
harta gono-gini sampai hubungan antar-keluarga yang ikut tidak harmonis.
Jadi, pikirkan kembali jika ingin mengambil keputusan ini. Selain
jujur, Anda juga harus mengedepankan rasio. Perempuan biasanya memang
lebih banyak menggunakan perasaan, namun untuk soal seberat ini jangan
hanya perasaan. Pertimbangkan benar, apa dampaknya bagi Anda dan
keluarga jika perceraian itu benar-benar terjadi.
11. Banyak
berdoa. Banyak berdoa dan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa dapat
membantu permasalahan Anda. Mintalah petunjuk dari-Nya. Dengan semakin
bertekun dan mendekat kan diri, insya Allah doa Anda akan terjawab
12. Buka lembaran baru. Jika Anda dan suami akhirnya bisa kembali rukun,
maka Anda harus siap membuka lembaran baru bersama suami. Jangan pernah
mengungkit-ungkit persoalan dan penyebab Anda berdua pernah berniat
untuk bercerai. Sekali Anda mengungkit-ungkit, bisa jadi Anda akhirnya
akan benar-benar bercerai. Yang paling penting adalah saling
mengingatkan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Jika
memang keputusan cerai yang diambil, sebaiknya pertimbangkan masa depan
anak-anak. Jangan sampai perceraian yang terjadi menjadi neraka bagi
anak-anak